Siswa Malas Belajar ?

|

Selasa, 05 April 2011

Sering dijumpai di sekolah guru mengatakan “siswa di sini banyak yang malas belajar” tanpa dijelaskan maksud yang sebenarnya dari pernyataan itu. Umumnya guru menambahkan “siswa di sini senang bermain, bergurau sesama temannya”, “siswa bergerombol di luar kelas sesaat setelah bel ganti pelajaran”, “siswa tidak segera masuk ke kelas setelah bel istirahat telah dibunyikan”, “diberi tugas banyak yang tidak mengerjakan”, “nilainya kurang, diberi her malah tidak mau her”, “maunya dia diberi nilai baik walau pun nilai hasil belajarnya sebenarnya tidak baik”. Sekolah mana? Sekolah di luar kota Tulungagung.

Karakteristik belajar bagi setiap siswa tidak sama, kecenderungan umumnya ada 3 yaitu auditif, visual dan kinestitik. Auditif bersifat mendengarkan, siswa baru bisa belajar dengan mendalam apabila disertai mendengarkan musik, radio maupun suara alami. Visual bersifat melihat, siswa baru bisa belajar dengan penuh perhatian apabila disertai melihat apa yang dipelajari, melihat tanaman bunga, pohon besar, pemandangan yang tak dibatasi tembok dan sebagainya. Kinestitik bersifat memegang ataupun meraba, siswa baru bisa belajar dengan penuh kesungguhan apabila disertai meraba ataupun memegang apa yang dipelajari, memegang alat dapur, alat pertukangan, alat perang dan sebagainya. Dari 3 tipe belajar ini memang sulit dipertegas peruntukannya bagi seorang siswa, setiap siswa memiliki ketiga tipe itu. Jika diurutkan prosentase kecenderungannya maka akan terjadi paling dominan, dominan dan paling tidak dominan.

Jika guru mengetahui tingkat dominansi paling dominan seorang siswa belajar dengan tipe “kinestetik” misalnya, atau yang lainnya maka guru dapat menentukan strategi pembelajaran dan menciptakan media serta alat pembelajarannya yang sesuai. Guru dengan mengetahui kecenderungan tipe belajar siswa yang paling dominan kemudian memilih strategi, media, alat dan sumber belajar yang sesuai akan dapat membangkitkan motivasi belajar siswa sehingga ketercapaian kompetensi siswa yang diharapkan akan dapat cepat tercapai.


Siswa malas belajar itu wajar kok, mengapa? Guru juga kadang ada “kok” yang malas mengajar? La kepala sekolahnya mana? Ooo Tadi pagi ke Semarang, “kok” ada keperluan keluarga. Tadi katanya ke Malang “kok” gitu saya tadi dengar. Sejak tadi malam sudah berangkat ke Surabaya, “kok” ada urusan dinas. Pagi ini mengikuti worksshoop di SMKK, kok, ada info baru katanya. Baruuu saja berangkat ke Dinas Pendidikan Tulungagung, “kok” tadi ditelpon dinas. Bapak sejak kemarin mengikuti penataran ke Surabaya selama seminggu lebih, tentang apa gitu lo ada hal baru KTSP “kok” kabarnya. Izinnya tadi “kok” rapat dengan MKKS barruuu saja berangkat. Saya dengar “kok” lagi menendatangani MOU di Jakarta 3 hari lamanya di sana. Lalu “kok” sendiri mana dan bagaimana? Kok adalah manusiawi.



Siswa malas belajar tergolong perilaku manusiawi, semua mengalaminya. Tetapi malas belajar itu jika sudah terbiasa dilakukan siswa apalagi terkait dengan proses pembelajaran, akan menjadi hal yang menarik untuk diantisipasi. Manajemen sekolah pun ikut bicara dalam mengantisipasi siswa malas belajar. Guru BK cancut menyinsingkan lengan baju membimbing siswa agar tidak malas belajar. Penyebab siswa malas belajar bisa karena intern dan eksten sekolah pada umumnya karena :
waktu / jam istirahat di sekolah terlalu singkat, kurang tersedia tempat atau waktu untuk bermain, sedang punya masalah di rumah, "kacau" misal tambah warga baru, tidak suka/phobia sekolah karena mungkin saja perpustakaan sekolahnya belum menyediakan buku-buku yang memadai, sedang sakit, sedih mungkin karena baru bertengkar dengan teman baik, kehilangan buku kesayangannya dan atau memang hobbinya malas.


Solusi untuk menganisipasi siswa malas belajar dapat dilakukan oleh guru antara lain dengan: (1) menempatkan jam istirahat bagi siswa untuk keperluan siswa membuang kepenatan, masuk ruang perpustakaan untuk baca atau pinjam buku atau rekreasi sesaat 30 menit? Cukup. (2). memberikan insentif jika siswa belajar dengan baik berupa materi atau berupa penghargaan dan perhatian guru. (3) menjelaskan dengan bahasa yang dimengerti siswa, bahwa belajar itu berguna buat anak, belajar bukan sekedar supaya raportnya baik tidak merah, tapi mendorong rajin belajar, jadi pintar, bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan guru di dalam kelas bisa tambah percaya diri dalam proses belajar di dalam kelas. (4). mengajukan pertanyaan tentang mata pelajaran bukan test jika anak bisa menjawab guru menyebut kepintarannya itu sebagai “hasil belajar” sebaliknya jika anak tidak bisa, tunjukkan rasa kecewa dengan mengajak siswa membuka buku pelajaran mecari jawabannya bersama-sama.

0 komentar:

Posting Komentar